Hari Itu

Hari tampak ceria, dengan mentari yang memesona, dan awan yang cerah berhambur, melengkapi semangat hari. Cardigan kuning dengan jilbab corak yang sepadan dengan warna cardigan, dipadukan dengan rok jeans, ku bersiap untuk menerima tantangan akan padatnya hari ini. Tak mau kalah dengan cerahnya mentari, ku sunggingkan senyum hangat diiringi senandung ceria lagu kebahagiaan.
Kutunggangi si merah, kuda besi yang sudah menemaniku dua tahun belakangan ini, melintas elok di jalan yang tak pernah sepi. Jalanan tampak ramai, lebih ramai dari biasanya. Banyak kendaraan yang cukup asing. Jika biasanya hanya mobil-mobil kijang biru berplat kuning, hari ini melintas dengan anggun mobil-mobil mulus berplat putih dengan huruf yang tertulis “B”. Ruko-ruko berjajar rapi, yang setia menunggu pembeli, juga pedagang asongan yang turut meramaikan bursa perekonomian negeri ini, saling adu semangat menjemput rezeki yang telah diturunkan Allah hari ini. Setelah diperhatikan, tidak hanya mobil mobil mulus yang berbeda dari biasanya, tetapi juga ada pedagang asongan pendatang baru, yang menjajakan barang dagangannya, yaitu bunga. Bunga?
Setelah beragam bunga warna-warni menghiasi kelopak mataku, akhirnya aku baru teringat sesuatu. Ya, hari ini adalah salah satu hari akbar bagi Kami, para civitas akademika kampus ini. Kampus yang sudah berdiri sejak 51 tahun lalu. Kampus yang sudah melahirkan banyak orang bermutu di berbagai bidang, dan kampus yang sangat terkenal akan keramahannya pada warga sekitar. Kampus pertanian satu-satunya di negeri ini, yang melejitkan tokoh-tokoh yang tidak hanya ahli di bidang pertanian.
Jalan pun agak padat dari biasanya. Maafkan Kami, jika hajat Kami ini mengganggu lengangnya jalan, atau setidaknya menambah padat jalan ini. Setelah berkompetisi dengan kendaraan lainnya, tibalah aku di pintu gerbang utama. Pintu gerbang yang selalu menyambut, siapapun yang hadir dan memasukinya. Tertulis pada spanduk besar berlatar biru, “Selamat Datang para Wisudawan-Wisudawati bersama Keluarga di Kampus Rakyat”. Ya, hari ini adalah hari di mana putera-puteri terbaik negeri ini menerima penghargaan karena telah berhasil menjalani proses yang berliku dalam menimba ilmu. Hari di mana gerbang dunia sebenarnya terbuka lebar. Selesai sudah masa bakti dosen dan seluruh staf pengajar dalam membina putera-puteri pilihan ini.
Hari ini, sama seperti yang lain, aku pun bergegas mengahdiri perhelatan akbar, event yang tak boleh terlewatkan, dan momen yang paling ditunggu oleh para mahasiswa. Pakaian yang berbeda dari biasanya. Riasan yang berbeda dari biasanya. Teman-teman yang juga berbeda dari biasanya, mengantarku ke tempat paling megah di kampus ini. Tempat yang setia menyambut dan rela melepas orang-orang kebanggaannya. Sampai di tempat, aku berpisah dengan teman yang mengantarku, mereka memiliki tempat khusus. Masih satu atap denganku, hanya saja, berbeda posisi denganku. Aku berkumpul bersama yang lain, bersama orang-orang yang berkostum sama persis denganku, warna yang sama persis denganku, senyum yang sama persis denganku, dan mungkin hanya perasaan yang berbeda. Entah gejolak macam apa yang mereka rasakan. Entah sama atau tidak denganku. Tiga jam sudah kurang lebih ku berada di dalam, dan sudah tiba waktunya tempat megah ini melepas Kami. Aku pun bergegas keluar, setelah kurang lebih setengah jam yang lalu namaku disebut, dan baru kali itu aku berpapasan dengan jarak yang sangat dekat dengan orang ke-satu di kampus ini. Mataku tak henti berkeliling, menyusuri setiap sudut untuk mencari teman yang sudah mengantarku tadi pagi. Belum sampai mata ini menemukan keduanya, sudah ada yang menghampiriku. Seikat bunga di tangan, sebungkus coklat di tangan yang lain, dan mereka tidak sendiri. Yang lain tak mau kalah, membawa souvenir lucu, khas, dan hanya orang-orang terpilih yang mampu memilikinya. Hanya anggukan, senyum, dan terima kasih yang dapat ku sampaikan. Mereka sisihkan sedikit waktu mereka di tengah kesibukan, yang aku sangat paham, sesibuk apa mereka. Tak lupa ku berdoa, agar mereka cepat menyusulku, mengenakan pakaian ini, memasuki tempat megah yang juga tadi ku masuki. Sedikit lupa dengan kedua teman yang sedang kucari, ternyata keduanya kini yang menemukanku terlebih dahulu. Sekalian saja kukenalkan pada mereka yang sudah menghampiriku tadi. Tak perlu waktu lama, keduanya sudah bisa akrab dengan mereka yang sudah membawakanku beragam bingkisan ini. Belum selesai mereka saling bercengkrama, sudah ada kedua perempuan cantik, tiga laki-laki tampan, dan dua anak manis yang melambaikan tangan mereka padaku. Ah, lengkap sudah kebahagiaan ini. Terima kasih ya Allah, Engkau menghadirkan mereka di hari-hariku.

Sampai sudah akhirnya ke tujuanku. Sambil kuucapkan terima kasih, dan menerima secarik kartu tertulis “kartu parkir”, ku simpan kuda besiku pada tempat yang aman. Hai labku tercinta, kembali kudaki untuk meraihmu. Walau dengan perasaan galau, tetap ku nikmati perjalanan penelitian ini. Sambil ku harap dalam doa doa panjangku, penelitian ini segera selesai, dan bisa ku jelang hari yang kunanti. Hari yang sudah terbayang sepanjang perjalanan tadi. Hari di mana mereka yang sudah menemaniku di kampus ini menghampiriku dengan seikat bunga, sebungkus coklat, hingga sebuah boneka khas sebagai ucapan selamat. Hari di mana kedua Kakak perempuan cantikku, ketiga saudara laki-laki tampanku, dan kedua keponakanku hadir di kampus ini, menjemput kesayangan mereka. Hari di mana saat itu, mungkin kedua mata ini akan menetikkan air mata tanda terima kasih, kepada kedua teman hidup, yang setia mendampingi, sejak ku dalam buaian hingga ku ke perantauan. Hari di mana aku mengharapkan keduanya mampu mengucap syukur dan berpeluk bahagia, bahwa keduanya tak salah menemaniku. Ah, indah sekali khayalan itu, khayalan yang belum menjadi kenyataan, dan khayalan yang pasti menjadi kenyataan. Wisuda dengan pendamping terhebat sepanjang masa, Bapak Rachmat Al Hasyim dan Ibu Dedeh Mahmudah. Mama, Ayah, doakan puterimu yang kini sedang memperjuangkan untuk dapat sampai pada hari itu J.

Komentar