Aku
membutuhkanmu saat lengang.
Saat
sibuk? Bahkan terbersit tentangmu saja tidak.
Jika
memang itu, lalu? Bukan masalah besar. Aku hanya perlu disibukkan.
Kau
bagaimana?
Kau
kini terlihat berbeda. Sepertinya ada tangan tangan tertentu yang kini
membelaimu untuk mengingatkan, hingga jemarimu terasa berat untuk sekedar
melambaikan sapa padaku.
Ah,
entah.
Entah
hanya firasat, entah sebuah persepsi yang kulukis sendiri, hanya untuk
mengenyahkanmu.
Selama
ini, Tuhan terlalu baik nampaknya, mengirimkan sinyal-sinyal reaksi itu, yang
seakan menambah keteguhan karang hatiku.
Tapi
kini? Dia menginginkanku untuk belajar, terbiasa, bahkan jera?
Lihat
saja berpuluh puluh malam dari sekarang.
Akankah
Kau tetap begitu?
Komentar
Posting Komentar