Menurutmu?

Menurutmu?

Persahabatan adalah, ikatan tak bertuan, sangat bertahan, apapun yang dihadang. Yakinkah itu makna persahabatan? Atau ikatan tanpa kata tapi, selalu kata ya. Yakinkah akan ya selamanya? Jika persahabatan adalah ikatan, lalu apa yang diikat? Jika persahabatan sebuah kata setuju, lalu apa yang disetujui? Jika kita berpikir persahabatan selalu indah, selalu saling mendukung, saya rasa salah.


Jika saya katakan berselisih paham, adu pendapat, atau bahkan penolakan? Apa yang  ada dipikiranmu? Jika saya bilang itu semua adalah persahabatan? Apakah kamu setuju? Jika kamu bertanya, mengapa? Mungkin saya hanya akan mengatakan, silakan gali lebih jauh persahabatanmu. Mungkin ia masih berada pada tingkat permukaan. Jika diibaratkan sebuah lapisan kulit, bisa jadi persahabatanmu masih selapis epidermis J

Tidak ada yang salah dari sebuah pendapat. Saya termasuk orang yang menikmati adanya perbedaan pendapat. Termasuk dalam hal ini. Jika Kalian tidak setuju dengan “teori” yang saya kemukakan, jelas tidak masalah. Saya selalu senang dengan kata-kata ini “aku tidak perlu menjadi kamu. Pun kamu, tidak perlu menjadi aku. Kita hanya perlu berpikir bijak, untuk tetap terikat satu”. Jelas bukan? Dari Kalimat yang baru saja saya kemukakan.

Berselisih paham adalah proses saling memahami. Ya, memahami satu sama lain. Memahami jalan pikiranmu, memahami latar belakangmu, bahkan memahami karaktermu. Apa yang kamu pahami, akan menggambarkan itu semua. Apa yang kamu jelaskan, akan membuka jalan untuk kita berjalan labih jauh. Adu pendapat. Aku hanya ingin tahu se-egois apa kamu dalam mempertahankan prinsipmu. Sebaik apa kamu mengolah kata katamu hingga bisa tetap mempertahankan apa yang kau yakini. Sejauh mana kapasitas kepemimpinanmu. Ya, bukankah pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi? Saya bukan tipe orang yang mudah menerima apapun yang orang katakan. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku tidak menyukai sikap manjamu. Aku ingin kamu tahu, penolakanku sebuah alasan untuk memberimu pendapat. Aku hanya ingin tahu sekuat apa kamu mampu bertahan denganku, sekeras apapun penolakanku. Maaf, aku tidak mudah mengatakan “ya, aku padamu sayang” aku lebih suka mengatakan, “aku setuju jika kamu begitu” atau “coba pikirkan menurut pandangan orang lain, jangan hanya dari sudut pandangmu sendiri” bukankah itu lebih jelas terlihat bahwa aku serius menanggapi ceritamu? Dibanding hanya kata ya? Bisa saja saat itu aku tak sungguh sungguh mendengarkanmu.

Kamu ingat kata-kata ini? “sahabat yang baik adalah sahabat yang mampu membenarkanmu ketika kamu keliru, bukan seorang yang selalu membenarkanmu, apapun kondisimu” yups, itulah aku. Itulah kita J kita menikmati keindahan itu.


Lalu kamu? Itu pendapat saya. Sekali lagi saya katakan, saya menikmati adanya perbedaan pendapat. Berbeda bukan berarti tak sama kan? Haha, entahlah. 

Komentar